Selasa, 31 Mei 2011

Buanglah rasa cemas

Buanglah Rasa Cemas!
Tak usah bersedih, karena Rabb-mu berfirman,
{Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.}
(QS. Al-Insyirah: 1)
Pesan ayat ini bersifat umum untuk setiap orang yang menerima
kebenaran, melihat cahaya dan menempuh hidayah. Allah juga berfirman,
{Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang besarlah bagi mereka
yang telah membatu hatinya.}
(QS. Az-Zumar: 22)
Maka dari itu, menjadi jelas bahwa ada kebenaran yang akan
melapangkan dada dan ada kebatilan yang akan membuat hati menjadi keras.
Allah berfirman,
{Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.}
(QS. Al-An'am: 125)

Ini menandakan bahwa Islam merupakan suatu tujuan yang hanya
dapat dicapai oleh orang yang memang dikehendaki Allah.

{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.}
(QS. At-Taubah: 40)

Demikian Allah berfirman. Dan kalimat seperti itu hanya akan
diucapkan oleh orang yang sangat yakin dengan pengawasan, perlindungan, kasih sayang dan pertolongan Allah. membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja,
merenung, dan mencari hiburan. Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi;
kapan Anda harus membaca al-Qur'an, tafsir, sirah Rasulullah, hadits, fikih, sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalammenjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwa Anda akan selalu merasa segar dan bergairah.

{(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik Pelindung."}
(QS. Ali 'Imran: 173)
Yakni, bahwa pemenuhan dan perlindungan Allah sudah sangat cukup
bagi kita.

{Hai Nabi, cukuplah, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang- orang mukmin yang mengikutimu.}
(QS. Al-Anfal: 64)

Dan, siapapun yang menempuh jalan tersebut akan memperoleh
kemenangan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut.
{Dan, bertawakalah kamu kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) Yang tidak mati.}
(QS. Al-Furqan: 58)

Yakni, selain Allah akan mati, tidak akan hidup selamanya, akan sirna
dan tak abadi. Dan derajatnya pun rendah dan tidak mulia.

{Bersabarlah (hai Muhammad) dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.}
(QS. An-Nahl: 127-128)

Ayat ini melukiskan tentang bagaimana penyertaan khusus Allah
terhadap para wali-Nya, yakni dengan cara selalu menjaga, mengawasi, membantu dan melindungi mereka sesuai dengan kadar ketakwaan dan jihad mereka.

{Dan, janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.}
(QS. Ali 'Imran: 139)

Maksudnya adalah ketinggian tingkat ubudiyah dan kedudukannya di
sisi Allah.

{Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian, mereka tidak mendapat pertolongan.}
(QS. Ali 'Imran: 111)

{Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.}
(QS. Al-Mujadilah: 21)

{Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat).}
(QS. Al-Mu'min: 51)

Bentuk ketetapan pada kalimat ini merupakan janji Allah yang tidak
akan pernah diingkari dan tidak akan pernah ditunda.

{Dan, aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.}
(QS. Al-Mu'min: 44-45)

{Dan, hanya kepada Allah-lah orang-orang mukmin bertawakal.}
(QS. Ali 'Imran: 122)

Janganlah bersedih! Anggap saja diri Anda tidak akan hidup kecuali
sehari saja, sehingga mengapa Anda harus bersedih dan marah pada hari ini?
Dalam sebuah atsar disebutkan: Ketika pagi tiba, janganlah menunggu
sore; dan ketika sore tiba, janganlah menunggu datangnya pagi.
Artinya, hiduplah dalam batasan hari ini saja. Jangan mengingat-ingat
masa lalu, dan jangan pula was-was dengan masa yang akan datang.

Seorang penyair berkata,
Yang lalu telah berlalu, dan harapan itu masih gaib dan engkau pasti punya waktu di mana engkau harus ada Menyibukkan diri dengan mengingat masa lalu, dan meratapi kembali kegetiran-kegetiran hidup yang pernah terjadi dan telah berlalu, adalah sebuah ketololan dan kegilaan.
Pepatah Cina menyebutkan: "Jangan dulu menyeberangi jembatan
sebelum Anda sampai di jembatan itu."
Artinya, jangan bersikap apriori terhadap kejadian-kejadian yang belum tentu terjadi, sampai Anda benar-benar mengalami dan merasakannya sendiri.

Salah seorang ulama salaf mengatakan: "Wahai anak Adam, hidupmu
itu tiga hari saja: hari kemarin yang telah berlalu, hari esok yang belum datang, dan hari ini di mana Anda harus bertakwa kepada Allah!"
Bagaimana orang yang masih menanggung beban berat kesedihan masa lalu dan kecemasan terhadap masa depan dapat hidup tenang hari ini?
Bagaimana mungkin orang yang selalu mengingat-ingat sesuatu yang telah lewat dan telah berlalu akan tenang dalam hidupnya hari ini? Pasalnya, pastilah waktunya akan habis untuk meratapi semua kesedihan yang telah berlalu itu. Dan pada akhirnya, semua itu sama-sama tidak ada gunanya.
Atsar yang berbunyi: Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi, dapat pula diartikan bahwa Anda harus membatasi angan-angan Anda, menunggu ajal yang sewaktu waktu menjemput Anda, dan selalu berbuat yang terbaik. Jangan larut dalam kecemasan-kecemasan di luar hari ini. Kerahkan segala kemampuan untuk hari ini. Berbuadah semaksimal mungkin, dan pusatkan konsentrasi Anda untuk melakukan sesuatu dengan cara meningkatkan kualitas moral,
menjaga kesehatan, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

(La Tahzan, Aidh Al Qarni)

Hiasi Dirimu dengan Malu

Semoga Allah Ta’ala senantiasa merahmatimu, saudariku… Malu, demikianlah nama sebuah sifat yang sangat lekat ketika kita berbicara tentang wanita. Maka beruntunglah engkau saudariku ketika Allah menciptakanmu dengan sifat malu yang ada pada dirimu! Karena apa? Hal ini tidak lain karena malu adalah bagian dari iman.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seorang Anshar yang sedang menasehati saudaranya karena sangat pemalu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Biarkan dia karena rasa malu adalah bagian dari Iman.” (HR. Bukhari Muslim)

Hakikat rasa malu itu adalah sebuah akhlak yang memotivasi diri untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan membentengi diri dari kecerobohan dalam memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Seorang muslimah akan menjauhkan dirinya dari larangan Allah dan selalu menaati Allah disebabkan rasa malunya kepada Allah yang telah memberikan kebaikan padanya yang tidak terhitung.

Perintah yang Dibawa oleh Setiap Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara yang didapat manusia dari kalimat kenabian terdahulu ialah: Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (HR. Bukhari)

Yang dimaksud dengan “kalimat kenabian terdahulu” ialah bahwa rasa malu merupakan akhlaq yang terpuji dan dipandang baik, selalu diperintahkan oleh setiap nabi dan tidak pernah dihapuskan dari syari’at para nabi sejak dahulu.

Dalam hadits ini disebutkan, “Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.” Kalimat ini mengandung 3 pengertian, yaitu:

1. Berupa perintah: Jika perbuatan tersebut tidak mendatangkan rasa malu, maka lakukanlah. Karena perbuatan yang membuat rasa malu jika diketahui orang lain adalah perbuatan dosa.
2. Berupa ancaman dan peringatan keras: Silahkan kamu melakukan apa yang kamu suka, karena azab sedang menanti orang yang tidak memiliki rasa malu. Berbuat sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain.
3. Berupa berita: Lakukan saja perbuatan buruk yang kamu tidak malu untuk melakukannya.

Malu? Siapa yang punya?

Sifat malu ada dua macam, yaitu:

1. Malu yang merupakan watak asli manusia

Sifat malu jenis ini telah menjadi fitrah dan watak asli dari seseorang. Allah menganugerahkan sifat malu seperti ini kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Memiliki sifat malu seperti ini adalah nikmat yang besar, karena sifat malu tidak akan memunculkan kecuali perbuatan yang baik bagi hamba-hamba-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari Imran Ibn Hushain radhiyallahu’anhu: “Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari Muslim)

2. Malu yang diupayakan (dengan mempelajari syari’at)

Al-Qurthubi berkata, “Malu yang diupayakan inilah yang oleh Allah jadikan bagian dari keimanan. Malu jenis inilah yang dituntut, bukan malu karena watak atau tabiat. Jika seorang hamba dicabut rasa malunya, baik malu karena tabiat atau yang diupayakan, maka dia sudah tidak lagi memiliki pencegah yang dapat menyelamatkannya dari perbuatan jelek dan maksiat, sehingga jadilah dia setan yang terkutuk yang berjalan di muka bumi dalam wujud manusia.”

Hati-Hati terhadap Malu yang Tercela

Saudariku, ketahuilah bahwa ada malu yang disebut malu tercela, yaitu malu yang menjadikan pelakunya mengabaikan hak-hak Allah Ta’ala sehingga akhirnya dia beribadah kepada Allah dengan kebodohan. Di antara malu yang tercela adalah malu bertanya masalah agama, tidak menunaikan hak-hak secara sempurna, tidak memenuhi hak yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk hak kaum muslimin.

Nah, saudariku, kini engkau tahu! Meskipun malu adalah tabiat dasar seorang wanita, sifat ini tidak boleh menghalangimu untuk berbuat kebaikan. Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan sampai engkau menjadi wanita yang paling mulia di sisi Allah! Wallahu a’lam.

Maraaji’:

1. Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi
2. Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid 2 Imam Nawawi, Takhrij: Syaikh M. Nashiruddin Al-Albani.
3. Buletin Tuhfatun Nisa: Rufaidah.

Damaikan Pertikaian Antara Saudara Muslim mu

Ketahuilah bahwa di antara perkara yang sangat diperhatikan oleh agama Islam adalah terbentuknya masyarakat yang solid dengan menciptakan perdamaian antara mereka yang bertikai. Setiap individu berusaha secara bersama dalam menyatukan kembali sendi-sendi masyarakat tercerai berai, memperbaiki bagian yang terpecah dan hasil yang ingin dituju adalah terbentuknya masyarakat yang baik dan tegaknya jama’ah dalam kesatuan, saling menguatkan dalam menjaga hak-hak pribadi, tolong menolong, dan saling membantu dalam mewujudkan hak-hak bersama dengan mengembangkan sikap berani berkoraban, mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, menjaga kehormatan dan membela kemaslahatan masyarakat.

Allah Subhanahuwata’ala dalam al-Quran berfirman;


قال الله تعالى: ﴿لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. Al-Nisa’: 114).

Allah juga telah menjanjikan pahala yang paling baik dan besar bagi setiap orang yang berupaya memperbaiki pertiakain yang terjadi antara sesama manusia dalam segala urusan mereka, guna menjaga persatuan jama’ah kaum muslimin.

Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Apakah kalian mau jika aku beritahukan kepada kalian tentang perbuatan yang paling baik dari puasa, shalat dan shadaqah?. Mereka menjawab: Mau wahai Rasulullah?. Beliau menjawab, “Yaitu mendamaikan pertikaian antara sesama muslim, sesungguhnya rusaknya hubungan antara sesama muslim adalah sebagai pemangkas, aku tidak mengatakan memangkas rambut namun dia bisa memangkas agama.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi).

Menghancurkan kekuatan

Banyak kaum Muslim tak menyadari, bahwa pertikaian, memutuskan tali silaturrahmi dan persaudaraan --padahal Allah memerintahkan untuk tetap menyambungnya—hanya akan menghancurkan kekuatan umat dan menciptakan kerusakan di muka bumi ini.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


قال الله تعالى: ﴿وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh- musuhan maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imron: 103).

Dalam surat lain, Allah Subhanhu Wa Ta’ala juga berfirman:

“…dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46).

Seandainya penyakit seperti ini bisa ditanggulangi sejak dini dan dituntaskan dari sumbernya niscaya kekuatan kebaikan akan mengalahkan arus keburukan, dan jama’ah akan selamat dari segala perpecahan .

Oleh karena itu, umat Islam haruslah kembali ke niat awal dalam agama. Janganlah terpedaya oleh kehidupan dunia ini dan janganlah terpedaya oleh apapun. Seorang Muslim yang baik, haruslah memperhatikan kemaslahatan pribadinya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan hawa nafsunya dan berbuat untuk kemaslahatan setelah kematiannya dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan dengan angan-angan yang banyak”. (HR. Turmudzi).

Rasulullah juga berpesan;

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 9-10).

Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah aku tunjukkan kepada kalian tentang shadaqah yang dicintai oleh Allah dan RasulNya?. Yaitu engkau mendamaikan antara manusia jika mereka saling marah dan hubungan mereka telah rusak”.

Banyaknya ayat dan nasehat Nabi tentang ini menunjukkan jika beliau ingin umatnya kuat dan tak suka berpecah-belah.

Untuk menjaga agar barisan Islam kuat, bahkan Islam yang sangat melarang seseorang berbuat bohong, namun dibolehkan jika dalam kondisi itu dilakukan untuk “menjinakkan hati” dan mempersattukan barisan umat.

Sebagaimana sabna Nabi, “Bukan pembohong orang yang berbohong dalam rangka mendamaikan antara orang yang bertikai untuk menciptakan kebaikan dan berkat yang baik”. (Muttafaq Alaihi).

Marilah kita bersatu, damaikanlah yang sedang berseteru agar tubuh umat Islam kembali kuat. Karena Allah hanya menyukai barisan umat yang kuat.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (Ash-Ahaff: 4). */ish

Peliharalah Iman, Bersahabatlah dengan Orang Shalih

Dalam kitab Al-Arba’in fi Ushul al-Din, Imam al-Ghazali mengatakan bahwa berkawan dengan orang baik karena Allah adalah salah satu pilar memperkuat agama (Kitab Al-Arba’in fi Ushul al-Din, hal. 63).

Allah SWT berfirman: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba jika mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut: 41).

Pergaulan merupakan faktor yang mempengaruhi pemikiran, lebih-lebih keimanannya. Seseorang dapat menjual iman, karena tergiur tipuan kawannya. Sebaliknya, seseorang bisa menjadi orang shalih karena selalu dinasihati teman dekatnya.

Maka dari itu, Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di antara kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul.” (HR. al Hakim).

Yang harus diutamakan kawan adalah orang yang berilmu. Sebab sedikit atau banyak akan mempengaruhi pemikiran kita.

Dituturkan oleh Rasulullah SAW bahwa, lebih baik bersendiri dari pada bergaul dengan orang-orang yang rusak. Dan lebih baik bergaul dengan orang-orang baik daripada menyendiri (HR. Al Hakim).

Orang baik (ahl al-khoir) adalah orang yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Individu yang baik ini adalah orang yang beradab. Bukan sekedar beretika, tapi juga bertauhid.

Syed Muhammad Naquib al-Attas mendefinisikan orang baik sebagai orang yang mengamalkan adab secara menyeluruh.

Pengamalan adab ini meliputi adab kepada Allah SWT, sebagai tingkatan adab tertinggi. Kemudian adab dengan sesama manusia, kepada ilmu, kepada alam dan sebagainya. Adab-adab ini dipandang dengan kacamata tauhid.

Karena orang baik (insan adabi) memberi pencerahan dalam segala aspek bidang kehidupan, makanya Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk mempergaulinya.

Orang yang demikian akan melihat realitas secara konstan dari kacamata ketuhanan – sebagai fondasi utamanya. Orang yang demikianlah yang dimaksud Rasulullah SAW untuk kita pergauli. Tidak memberi faedah kecuali faedah agama.

Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang dzalim dan lalai bisa membutakan hati. Allah SWT bersabda: “Dan janganlah kamu condong kepada orang-orang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka. Dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain dari Allah SWT, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (HR. QS. Hud: 113).

Condong dalam ayat tersebut di atas maksudnya, mendukung, melapangkan jalan, memuji-muji dan bersekutu bersama mereka. Tujuannya tidak lebih untuk kepentingan materialistik.

Setiap kita bergaul secara akrab dengan orang-orang lalai maka, saat itu iman kita mengalami pelemahan (Kitab Al-Arba’in fi Ushul al-Din, hal. 61). Duduk bersama orang-orang fasik oleh Rasulullah SAW dikaitkan dengan kadar keimanannya. Tidak mungkin orang beriman bergaul akrab bersama mereka dalam bersekutu melakukan aktifitas tidak baik.

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia duduk (di suatu majelis) yang dihidangkan padanya minuman keras.” (HR. Abdu Dawud dan Ibn Majah).

Ketika kita memiliki kecondongan kepada mereka, maka cepat-cepatlah memutus kecondongan itu. Sebab dikhawatirkan akan mendapatkan kemungkaran. Karena mereka sangat pandai dalam tipu daya dan penipuan. Terkecuali jika kita memiliki misi khusus, berbekal ilmu akan mendakwahi mereka. Sikap ini bukan dinamakan memiliki kecondongan sebab tujuannya adalah dakwah.

Pernah Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz mendapat laporan tentang adanya suatu kaum yang sedang meminum khamr. Beliaupun memerintahkan agar mereka semua dicambuk. Kemudian seseorang berkata kepada beliau; "Sesungguhnya di antara mereka ada orang yang sedang berpuasa."

'Umar bin Abdul 'Aziz menjawab: "Mulailah darinya (dalam mencambuk). Tidakkah kalian mendengar firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan kepada kalian di dalam al-Qur’an bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah SWT diingkari dan diperolok-olok, maka janganlah kalian duduk bersama mereka. Sehingga mereka pindah kepada pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (jika kalian berbuat demikian), maka tentulah kalian serupa dengan mereka.” (QS. Al-Nisa’ : 140).

Hal yang perlu digari bawahi di sini adalah, sebenarnya bergaul dengan siapa pun kita mesti memiliki cara pandang Islam yang kokoh. Semua harus atas dasar berukhuwah karena Allah SWT. Jika kita ingin memasuki majelis orang-orang fasik, maka pertama-tama yang harus dipertanyakan dalam hati adalah, atas dasar apa kita masuk dalam majelis itu?

Jika dasarnya adalah karena Allah SWT dengan maksud berdakwah, maka itu adalah langkah baik. Memberi nasihat, meluruskan padangan orang-orang fasik dan mengajak bertaubat. Jika kita mendapati sebuah majelis di dalamnya ajaran Islam dihina, maka jika kita mampu maka luruskan mereka atau janganlah duduk-duduk bersama. Jika kita diam, berarti kita setuju dengan mereka.

Namun, jika iman kita masih lemah. Terlalu mudah terbuai godaan, maka lebih baik tidak memasukinya, dan sebaliknya bergabunglah bersama orang-orang shalih.
Faedah bergaul dengan orang shalih ada dua, yaitu mengambil ilmu dan menjaga keimanan agar tetap konstan. Iman itu diperkuat dengan ilmu, maka hendaklah kita mengambil faedah ilmu dari orang shalih agar keimanan selalu terjaga.*/Kholili Hasib

jawab aku

Adakah Kau melihatku..?
Sedikit saja sudah cukup..
Karena aku disini tergeletak tak berdaya..
Terseok bersimbah peluh rintih..
Akan kritisnya rasa kasihMu yg mulai mengikisi dinding karang cintaku yg terlebih menipis..
Di disini..
Di segumpal daging dalam benak yg setia menyebut namaMu setiap ku pilu..

Adakah Kau mendengarku..?
Hanya sekilas saja pun cukup..
Karena lisan ini sudah terkering dan bisu untuk berucap syair-syair rindu..
Kehausan menapaki jenjangan demaga tempatku menepis dahaga..
Dan disini ku hanya sendiri menjawab tanya..
Dan disini..
Di segumpal daging didalam benak ini ku hanya bisa menghiba pada sendiri..

Apalah daya aku tanpaMu?
Apalah arti hidupku tanpa tatihMu?
Jawab aku...
Sekarang...
Saat ini...
Aku dengan semua kecacatanku, mencoba mengejaMu yg tanpa cacat ini..
Dan ku harap ku bisa..
Tp cacatku tetap mencuat dibalik kesempurnaan itu..

Apalah sebuah hati ini?
Apalah tercipta jika selalu sakit?
Jawab aku..
Sekarang..
Dan saat ini pun ku tlah tersakiti hati..
Sakit..
Perih..
Tanpa ada cinta, selain cintaMu yg tahu, n tak berharap cinta yg lain tahu..
Dan ku harap jamahMu tetap memberikan ketenangan..
Sedikit saja...

Adakah Kau cinta?
Cintaku tlah menggila cinta padaMu..
Tp apakah ia kn tetap ada dikala..
Segumpal hati ini merintih..
Sedang diriku tlah...
Ingin MATI...

Jawab aku...

Lihatlah ke Bawah, Jangan Lihat Ke Atas

Manusia (al-insan) merupakan mahluk Allah yang paling sempurna, dan paling banyak menerima karunia-Nya, dibanding dengan yang lainnya. Namun, seringkali manusia lupa mensyukuri semua karunia itu. Padahal, karunia Ilahi yang datang silih berganti tanpa pernah kita syukuri hanya akan menambah kemurkaan Allah semata.

Banyak nikmat Allah telah kita sia-siakan. Dari yang terkecil hingga besar. Bayangkan, seandainya udara yang kita hirup dihargai dengan uang. Berapa banyak uang yang kita keluarkan hanya untuk membeli udara.

Belum lagi air yang setiap hari kita pakai. Alangkah Maha Pemurahnya Allah.
Berjalan dengan kedua kaki, melihat dengan kedua mata, dan bernafas merupakan nikmat yang tidak bisa tidak kita syukuri. Allah menciptakan manusia dan menyempurnakan penglihatan, pendengaran, dan mata hati, untuk dapat menjaga kualitas syukur kita atas semua pemberian-Nya.

Dalam al-Quran, Allah berfirman;

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” [QS: As Sajadah: 9]

Coba kita renungkan tentang susunan anatomi tubuh yang kompleks, rumitnya saluran darah, jaringan saraf, serta gumpalan otak dan hati, yang terakhir membuat derajat manusia lebih tinggi di antara mahluk Allah yang lain. Andai saja ada kerusakan sedikit di bagian otak kita, jaringan saraf terputus, dan aliran darah terhenti sesaat saja. Apa yang terjadi dalam tubuh kita?

Wujud Manisnya Iman

Kemampuan mensyukuri nikmat adalah salah satu wujud nyata dari manisnya iman. Ungkapan syukur tidak hanya di lisan. Melainkan mengejewantah dalam keseharian kita. Ibadah kian bertambah baik. Hubungan dengan tetangga makin harmonis. Kehidupan rumah tangga tambah berkah. Dan peran sosial kita semakin dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Semua itu merupakan bentuk lain dari cara mensyukuri nikmat Allah Swt.

Tubuh kita merupakan nikmat Allah yang tiada tara. Alam raya dan segala hal yang ada di dalamnya, adalah tanda-tanda kekuasaan dan fasilitas Allah guna memanjakan mahluk-Nya yang bernama manusia. Bentangan bumi yang subur, dan perut bumi yang mengandung banyak karunia Ilahi. Semuanya diserahkan kepada manusia untuk mengelola dan menikmati hasilnya. Bila sudah sedemikian sayangnya Allah pada kita, sanggupkah kita mengingkari-Nya? Allah menegaskan dalam firman-Nya.

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ

“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.” [QS: Luqman [31]: 20]
Pernah kita merasakan betapa nikmatnya sehat itu. Saat terbaring lemas di rumah sakit, saat makanan-makanan lezat dihidangkan, handai taulan yang datang membesuk, apa yang kita rasakan? Tubuh tak kuasa bergerak, lidah tidak dapat merasakan lezatnya hidangan yang tersedia, dan sapaan hangat handai taulan pun berlalu sedemikian dinginnya.

Merasa rendahkah kita, ketika hanya mampu makan sehari sekali, sedangkan banyak saudara kita yang tidak mampu makan, walau sehari sekali. Fenomena penyakit busung lapar yang sempat diekspos media massa beberapa waktu lalu (dan boleh jadi saat ini masih banyak namun tidak terekspos lantaran banyaknya peristiwa baru yang saling susul menyusul) menghentak kita untuk lebih memacu diri dalam mensyukuri nikmat Allah. Bagaimana kalau hal itu terjadi pada diri kita dan keluarga? Apa yang bisa kita lakukan.

Hinakah kita ketika fasilitas hidup yang kita terima tidak sama lebih rendah dibanding dengan tetanggga atau saudara kita yang lain. Penghasilan tidak sebanyak kolega kita. Karir tidak melejit secepat teman-teman seangkatan dengan kita dn bahkan di bawah kita? Demikian dengan suasana kerja tidak senyaman yang kita harapkan. Dapatkah kita mensyukuri semua itu sebagai nikmat.

Bersyukur kita, saat banyak orang yang kehilangan pekerjaan, kesulitan bertahan hidup, dan bekerja dalam penuh ketidakpastian masa depan dan jaminan penghasilan yang memadai. Kita masih bisa bertahan seperti apa yang kita alami kini. Kita masih dikaruniai nikmat sehat dan taat (ibadah).

Kita dianjurkan untuk selalu melihat siapa yang ada di bawah. Jangan dibiasakan mengukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran hidup dengan siapa yang ada di atas kita. Inilah yang dapat mendekatkan diri pada sikap dan perilaku kufur. Tentu yang dimaksudkan ini sebagai bagian rasa syukur, bukan sebagai legitimasi dan sikap kemalasan. Sebab sebagai pribadi Muslim, kita tetap diwajibkan terus berprestasi sampai ke tingkat paling atas dan beramal kebaikan sebanyak-banyaknya.

Pendorong Kekufuran

Sementara arus budaya kufur menggempur kita tiada terkira. Hampir-hampir iman kita terseret dalam arus budaya kufur. Sarana-sarana dan fasilitas kekufuran tersedia dengan porsi yang lebih besar ketimbang sarana untuk bersyukur. Budaya hedonis, konsumtif, dan kontraproduktif terbangun dengan sistematis. Dan ada sarana untuk mengejawantahkan kekufuran secara baik, mulus, tanpa hambatan. Iman yang kita pupuk, dan rasa syukur yang coba ditumbuhkan, serta merta harus berhadapan dengan gelombang besar kekufuran yang sarat kemudharatan.

Kuncup syukur itu harus berdiri tegak. Tetap tegar walaupun dihajar badai kufur nan garang. Kelak kualitas kesyukuran kita akan teruji dan tidak lekang oleh hal yang membuat hambar cita rasa untuk bersyukur. Bukankah iman tumbuh dan berkualitas saat cobaan dan rintangan datang tiada henti. Justru ketika tiada hinaan, cercaan, dan hambatan, iman tumbuh tiada bergelora. Hidup ini tidak berjalan apa adanya. Ada upaya untuk membuatnya stagnan. Karena hambatan dan cobaan tiada kunjung tiba. Atau bahkan kita hindari kedatangannya. Menerima setiap pemberian Allah, betapapun kecilnya, merupakan sikap serta rasa syukur.

Bila kita membiasakan diri dengan menerima ketetapan dan pemberian Allah dengan perasaan cukup (qonaah), niscaya kita akan kaya. Dikayakan oleh Allah SWT.

Hidup kian bermakna saat kita pandai mensyukuri semua yang diberikan Alah pada kita, manusia.

Nikmat dunia adalah ujian. Segala hal yang Allah berikan di dunia ini merupakan sarana untuk menguji siapa yang paling baik perbuatannya di antara kita.

Ilmu yang Allah berikan pada kita, wajib diamalkan dan disebarluaskkan pada masyarakat banyak. Agar kelak ilmu yang kita miliki membuahkan hasil dan mewujud pada perubahan dan perbaikan peradaban yang hari ini kian massif dan tidak beradab. Banyak orang pintar tetapi tidak memberi kontribusi apa-apa pada komunitasnya. Yang ada hanyalah kerusakan yang ditimbulkan akibat ilmu dan kemampuan yang dimilikinya. Kufur terhadap ilmu yang Allah berikan adalah tidak mengamalkannya di jalan Allah. Atau berbuat kerusakan bersandar pada ilmu yang dimilikinya.

Karena sifat dan karakteristik manusia adalah angkuh dan menyombongkan diri. Kedua sifat tersebut dekat dengan kekufuran. Sampai-sampai Allah Swt memberi peringatan secara berulang-ulang.

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?." [QS: arrahman: 13]

Betapa manusia adalah mahluk yang sering berbuat kekufuran. Walaupun sifat tidak pernah puas selalu menghantui dan terus saja mengikuti kita kemanapun pergi, namun kita tak perlu khawatir dengan itu. Yang bisa kita lakukan ialah, menahan dan mengekang hawa nafsu kita dari kekufuran dan perbuatan yang mendekatkan pada kekufuran itu sendiri.

Inilah hakikat dan esensi syukur. Refleksi syukur itu hendaknya mampu mengeliminasi sinyal-sinyal kekufuran yang terus menerus tumbuh dan berpotensi untuk mendominasi dalam diri setiap insan. Karena syukur dan kekufuran ibarat minyak dan air. Keduanya sangat tidak mungkin disatukan. Jurang pembatas terlampau jelas untuk membedakan keduanya.

Refleksi syukur pun bisa ditafsirkan dengan berlomba-lomba melakukan kebaikan. Dan hal ini memang sangat dianjurkan. Tetapi merasa paling baik, paling taat kepada Allah, paling benar, paling pandai mensyukuri nikmat Allah adalah sikap yang tidak dibenarkan dalam Islam. Karena itu adalah perangkat Iblis dalam menggoda dan menggiring anak keturunan

Mensyukuri karunia Ilahi dapat dilakukan dengan beragam cara. Tidak hanya mengucapkan Alhamdulillah saja. Rasa syukur itu mengejawantah. Syukur itu merealitas dalam kehidupan sosial dan pribadi kita.
Kita dapat mendeteksi sikap dan perilaku diri sendiri.

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan (Kimoet)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

===========================



Begitu indahnya Allah ciptakan segala sesuatu di muka bumi ini dalam keadaan berpasang-pasangan. Sudah menjadi ketentuan-Nya bahwa apapun yang ada di sekitar kita memiliki pasangan kata, makna, rasa dan zat. Dunia akhirat, surga neraka, pria wanita, siang malam, susah senang, baik buruk, pahit manis, berat ringan, keras lunak dan banyak lagi contoh lainnya yang memang pada dasarnya selalu akan berpasang-pasangan.



Bacalah apa yang ada dalam tubuh kita, mata yang berpasangan, telinga yang berpasangan, tangan dan kaki yang berpasangan dan semuanya akan serba berpasangan. Bagi seseorang yang tidak memiliki pasangan anggota tubuhnya (maaf : cacat) baik karena bawaan sejak lahir, kecelakaan ataupun sebab lainnya, semoga mereka diberikan kesabaran dan tetap optimis menjalani hidup. Apapun yang menimpa diri kita, itulah yang terbaik di sisi Allah dah hanya Allah-lah yang Maha Mengetahuinya.



Ketika kita berada di dunia maka tidak lama lagi kita akan berada di akhirat, ketika kita berada di waktu siang maka kita akan segera menemui malam, ketika kita merasakan manis maka pahit pun akan kita jumpai, ketika kita membawa sesuatu yang berat maka suatu saat kita akan membawa yang ringan pula dan begitulah seterusnya tentang makna berpasang-pasangan. Begitu indah terdengar bila sepasang kata dan makna dipadukan, tapi mungkin akan membuat hati kita bergetar dan ketakutan bila hal itu menimpa diri kita terutama pada kondisi yang tidak kita inginkan.



Ada hal menarik yang perlu kita pikirkan dan renungkan lebih dalam ketika memaknai bahtera hidup ini. Sepasang kata dan ungkapan yang indah, belum tentu menjadikan diri kita siap untuk menerimanya. Dan ungkapan itu adalah “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”.

Siapa yang tak kenal ungkapan ini? Siapa yang tak paham prinsip hidup ini? Dan siapa pula yang mengingkari bahwa hal ini adalah kenyataan yang ada dalam hidup kita? Semuanya akan menjawab : ” Saya mengenalnya, saya memahaminya dan saya tahu bahwa itu adalah prinsip hidup yang selalu saya pegang sejak lama.”



Mari kita berpikir sejenak dan merenungkan tentang makna terdalam yang ada dalam ungkapan “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”. Ketika Allah mentakdirkan segala sesuatunya dengan berpasang-pasangan, pastilah Allah telah memperingatkan kita dengan ayat-ayatnya. Bukti bahwa Allah telah memperingatkan kita adalah dengan wahyu-Nya “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah : 6). Dan masih banyak lagi peringatan-peringatan yang telah Allah berikan pada kita.



Kembali pada ungkapan tersebut, bagi sebagian orang, tapi mudah-mudahan tidak termasuk Anda, terkadang sulit untuk menerima kenyataan itu. Mereka mengerti makna ungkapan tersebut, tapi tidak dibuktikan dengan perilaku pada saat menimpa dirinya. Mereka sebenarnya menyadari bahwa ia sedang berada pada kondisi salah satunya entah kesulitan atau kemudahan. Pada saat mereka berada dalam kondisi kesulitan, mereka lupa bahwa kemudahan akan datang. Dan sebaliknya, jika kondisi mereka sedang berada dalam kemudahan, ia lupa bahwa sebentar lagi kesulitan pun akan menghampirinya.



Pada saat kesulitan hidup datang, mereka lupa bahwa hidupnya sedang dalam ujian dan cobaan bahkan peringatan. Mereka mengeluh dan menangis, mereka tidak terima dan berontak, mereka lari dan berputus asa. Mereka menyalahkan diri mereka sendiri dan mengkambing hitamkan orang lain, mereka mencaci diri sendiri dan memaki siapa saja. Dan mereka pun sampai pada titik terlemahnya iman seseorang dengan mengatakan bahwa : ” Tuhan tidak adil, Tuhan tidak mengasihaniku, mengapa aku ditimpa kesulitan dan kesusahan seperti ini?”.



Sampai sejauh manakah respon kita dalam menyikapi kesulitan yang datang? Sampai dimanakah keikhlasan kita pada saat kesulitan menimpa kita? Sampai sejauh manakah kita mengambil hikmah dari kesulitan yang melanda diri kita? Sekali lagi, ungkapan itu begitu indah, begitu menggetarkan hati, tapi dalam kenyataannya tidak semudah seperti yang kita bayangkan.



Begitu beratnya diri kita untuk menerima kenyataaan itu dengan ketulusan dan begitu bodohnya diri kita bila mengakui bahwa itu adalah prinsip hidup kita tapi tidak memaknai bahwa semuanya itu adalah suatu ujian, pelajaran, motivasi dan penambah kepekaan hati kita terhadap kesulitan yang orang lain rasakan. Jika ingin kesulitan kita berkurang bahkan sirna, maka belajarlah untuk bisa mengurangi kesulitan orang lain, dan Allah pun akan menghapuskan kesulitan kita.



Bukankah setiap penyakit ada obatnya? Bukankah setiap permasalahan ada jalan keluarnya? Bergembiralah dan yakinkanlah dalam benak dan hati kita yang paling dalam bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan menerpa akan ada kemudahan yang menghampiri. Janganlah berputus asa karena masih banyak dari mereka yang ditimpa kesulitan jauh melebihi kesulitan yang kita alami! Berbahagialah dan teruslah berharap kemudahan dan kebahagiaan menyelimuti hidup kita wahai saudaraku!



Tidak bisa dipungkiri bahwa siapapun pasti mendambakan hidupnya selalu dalam kemudahan. Bagi mereka yang pada saat ditimpa kesulitan tetap tabah, ikhlas dan tulus sepenuh hati serta selalu menganggapnya sebagai pelajaran, peringatan juga motivasi hidupnya, maka sesungguhnya mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang berlipat ganda bila kemudahan telah datang menghampirinya. Seakan-akan dalam hidupnya mereka tidak pernah terjadi kesulitan, melainkan hanya ujian yang dinikmati dan dilanjutkan dengan kemudahan yang sesungguhnya.



Bisa jadi mereka berkata: “Aku tidak pernah mengalami kesulitan, karena aku ikhlas menerimanya. Aku tidak pernah merasakan kesusahan, karena aku tulus menjalaninya. Aku tidak pernah mengeluh karena aku tetap tegar menguasai jiwaku. Aku tidak pernah merasakan penderitaan, karena aku sedang berusaha untuk menjadi dewasa. Aku tidak pernah menangis, karena aku tidak berputus asa.”

Maka berbahagialah mereka yang selalu menganggap segala kesulitan dan kesusahan adalah awal dari kemudahan. Mereka beruntung karena memiliki jiwa yang kuat dan tetap menjadi dirinya sendiri.



Dan ujian pun akan muncul kembali pada saat kemudahan kita nikmati. Dikala kemudahan menghampiri kita, kita sadar bahwa kemudahan telah tiba. Hidup kita terasa lapang dan semuanya serba terang seakan tak ada penghalang. Kebutuhan ekonomi terpenuhi setiap hari, pekerjaan tetap lancar setiap saat, karir terus menanjak seiring waktu, penghargaan pun bermunculan dimana-mana, usahapun kian melambung dan melonjak tajam. Hidupnya benar-benar diselimuti dengan kemudahan dan kesenangan. Seolah-olah kemudahan itu tak mau beranjak dari diri kita walau sedetik pun. Akhirnya mereka berada dalam kesenangan dunia yang seakan-akan tak pernah putus dan tidak akan pernah mengalami kesulitan dan kesusahan.



Sungguh ironis bila kenyataan hidup seperti itu tidak dibarengi dengan pondasi jiwa yang kuat, ilmu yang memadai dan iman yang menjadi tameng. Ketika mereka berada dalam puncak kesenangan hidupnya, mereka sedikit lalai bahkan mulai pudar prinsip yang ia pegang. Dia merasa hidupnya sudah mapan dan tak ada sesuatu pun yang bisa membuatnya menderita. Keangkuhannya, kesombongannya, kecongkakannya ternyata membuka pintu hidupnya kembali pada tahta terendah dalam hidupnya. Mereka lupa dan tidak pernah memikirkan bahwa setelah ada turunan curam, maka mereka akan berhadapan dengan tanjakan terjal. Ketika diumpamakan dengan sebuah mobil, pada saat menemui turunan maka mobil harus direm dan pada saat mendapatkan tanjakan mobil pun harus digas. Rem adalah pengendali agar tidak terperosok dan gas adalah motivator agar cepat berada dalam harapan dan keinginan.



Kehidupan yang serba mudah akan dengan cepat berbalik arah menuju kesusahan dan keterpurukan. Mereka yang tidak siap menghadapi ke fase berikutnya terutama berhadapan dengan kesulitan hidup, maka mereka akan mengalami stress yang berkepanjangan bahkan gangguan jiwa. Semuanya karena mereka tidak mempersiapkan jiwa dan pikirannya dengan keikhlasan dan tidak pernah belajar dan mengambil hikmah pada saat kesulitan datang menghampirinya. Wahai saudaraku, manfaatkanlah pada masa kesulitan dan kesusahan itu sebagai ujian, pelajaran, motivasi dan hikmah yang berharga dalam rangka pendewasaan diri. Bergembiralah karena sesudah kesulitan pasti ada kemudahan !



Pada akhir tulisan ini, saya hanya ingin mengingatkan khususnya pada diri saya sendiri dan umumnya bagi mereka yang membaca tulisan ini. Kita harus sabar, ikhlas, besar hati dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa kita. Bukankah kesulitan itu merupakan awal menuju kemudahan? Bukankah kehidupan kita ini selalu berpasang-pasangan? Hari ini kita susah, tapi yakinlah cepat atau lambat kemudahan akan menghampiri kita. Dan jika sekarang kita sedang merasa ada dalam kemudahan, bersiap-siaplah dengan kesulitan yang segera mendekat. Perkuat jiwa kita agar kita mampu menikmati segala liku-liku perjalanan hidup! Semoga engkau menjadi orang yang beruntung wahai saudaraku!



Ketika kita bisa membaca dan belajar dari setiap peristiwa hidup yang menimpa diri sendiri, maka itu adalah suatu anugerah terindah. Dan ketika kita bisa menyikapi serta memaknai peristiwa yang menimpa kehidupan orang lain, maka itu adalah suatu keuntungan besar. Semoga kita menjadi orang yang beruntung dan berguna bagi sesama.



Barakallahufikum..semoga bermanfaat

Wassalam

Sayangi Saudaramu, Jangan Biarkan Kehilangan Petunjuk

SEBUAH kerusakan terjadi tatkalah keburukan itu didiamkan oleh orang yang berilmu. Hal ini yang terjadi di kalangan Bani Israil dahulu. Seperti yang pernah diceritakan oleh Ibnu Mas’ud, Bani Israil kehilangan petunjuk ketika para ulamanya mulai melegalkan kemungkaran umatnya.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda: "Ketika kaum Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan, para ulama mereka sesungguhnya telah memberi peringatan tentang larangan itu. Bani Israil tetap saja, dan para ulamanya tidak berusa lagi menghentikan perbuatan mereka itu. Kemudian alim ulama tadi berkawan dengan mereka dalam duduk, makan dan minumnya, tidak peduli lagi dengan larangan itu dan menyetujui kemungkaran yang dilakukan mereka.

Karana itu Allah lalu memberi rasa saling membenci hati di antara mereka (ulama dan kaum Bani Israil) serta melaknat mereka. Yang sedemikian itu adalah karana mereka telah melanggar aturan".

Kemudian Rasulullah SAW duduk dan bersandar, lalu meneruskan sabdanya: "Janganlah kamu seperti mereka. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya. Laknat itu pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orang-orang yang berbuat kemungkaran itu kepada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya." (HR. Turmudzi dan Abu Dawud).

Para ulama bani Israil itu terimbas kerusakan bahkan akhirnya jatuh di dalamnya, karena melegalkan kemaksiatan dan enggan menganjurkan perbuatan ma’ruf. Dari lisan dan perbuatan mereka itu tidak keluar kata-kata larangan sama sekali, sehingga para bani Israil kehilangan petunjuk (Maroh Labid Li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid Juz I hlm 287).

Pada mulanya para ulama itu telah memberi peringatan, akan tetapi mungkin mereka tidak istiqamah. Tapi justru lambat laun berkawan dan akhrinya membenarkannya. Itulah akibatnya jika ridla terhadap kemaksiatan dibiarkan terus dalam hati.

Seperti peringatan Rasulullah SAW bersabda:”Barangsiapa ridla terhadap perbuatan kaum, maka dia bagian dari mereka.”(HR. Ibn Hajar dalam Mathalib al-‘Aliyah). Ridla terhadap kemaksiatan saudara tidaklah dapat diartikan kita menyayangi mereka.

Ridla dalam bentuk ini justru bukan cinta tapi sebaliknya, yaitu membencinya. Tidak mungkin kita jerumuskan pada kerusakan orang-orang yang kita cintai.

Sebab tanda mencintai sesama itu dengan saling berwasiat kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. "Orang-orang mu'min lelaki dan orang-orang mu'min perempuan itu, setengahnya adalah kekasih setengahnya, kerana mereka memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (QS. al-Taubah: 71).

Etika Mencintai Saudara

Rambu-rambu Islam telah mengajarkan bahwa, hak dan kewajiban persaudaraan itu diikat oleh syari’ah. Dalam kitab Minhaj al-Muslim diatur etika persaudaraan yang didasari oleh rasa kemanusiaan dan keta’atan pada hukum. Di antara etika dan hak persaudaraan itu antara lain;

Pertama. Membantu dengan dana jika membutuhkan. Setiap saudara harus membantu saudaranya dengan dana jika saudaranya memerlukannya. Diriwayatkan, Abu Hurairah ra bahwa ia didatangi seseorang yang kemudian berkata, "Aku ingin bersaudara denganmu karena Allah, tahukah engkau apa hak persaudaraan?" Abu Hurairah berkata, "Tolong jelaskah hak persaudaraan kepadaku." Orang tersebut berkata, "Engkau tidak merasa lebih berhak atas dinarmu, dan dirhammu daripada aku." Abu Hurairah berkata, "Aku belum bisa sampai pada tingkatan itu." Orang tersebut berkata;”Kalau begitu, pergilah engkau dari sini”.

Kedua. Mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri, memeriksa kondisi saudaranya sebagaimana ia memeriksa kondisi dirinya, lebih mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri atau keluarganya atau anak-anaknya, menanyakannya setidaknya dalam setiap tiga hari.

Ketiga. Menjaga lisan dengan tidak membeberkan aib saudaranya. Tidak membongkar rahasianya, dan tidak berusaha mengetahui rahasia-rahasia diri saudaranya. Jika ia melihat saudaranya di salah satu jalan untuk satu kebutuhan, maka ia tidak menyuruhnya menyebutkan kebutuhannya tersebut, dan tidak berusaha mengetahui sumbernya.

Keempat. Menyeru saudaranya kepada kebaikan dengan lemah-lembut, melarangnya dari kemungkaran dengan lemah-lembut. Mengindari perdebatan yang mencelakakan. Mengeluarkan ucapan-ucapan yang kotor dan sebagainya.

Kelima. Memberi sesuatu yang dicintai saudaranya dan lisannya dengan memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, menyebutkan kebaikannya tanpa sepengetahuannya atau di depannya, menyampaikan pujian orang kepadanya sebagai bentuk keiriannya kepadanya dan kebahagiaannya dengannya, tidak menasihati berjam-jam hingga membuatnya gerah, dan tidak menasihati di depan umum karena hal mi mencemarkan nama baiknya.

Imam Syafi'i r.a berkata, "Barangsiapa menasihati saudaranya secara rahasia, sungguh ia telah menasihatinya dengan baik, dan menghiasinya. Dan barangsiapa menasihati saudaranya dengan terang-terangan, sungguh ia telah mencemarkan nama baiknya”.(Dikutip dari Minhaj al-Muslim).

Menjaga Agama

Jadi, etika mencintai saudara yang benar itu adalah tidak hanya menjaga harta dan jiwanya tapi juga agamanya. Inilah bentuk kasih-sayang yang sesungguhnya. Jika hanya harta dan jiwa yang kita relakan sementara agama tidak diindahkan, maka kita sesungguhnya itu belum berkasih-sayang yang sebenarnya. Bahkan bisa sebaliknya.

Maka, menasehati dalam masalah agama merupakan bentuk kasih-sayang yang benar. Membetulkan yang salah, dan memberi tahu kepada yang masih awam.
Nasihat agama yang utama yang perlu kita sampaikan kepada saudara kita adalah nasihat yang berhubungan dengan hal-hal takwa kepada Allah SWT dan perkara akhirat.

Seperti yang pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabatnya. Dari al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Kita semua diberi nasihat oleh Rasulullah SAW. berupa suatu nasihat sehingga karena mendengar nasihat itu semua hati kita menjadi takut dan semua mata dapat mengalirkan air mata." (HR. Tirmidzi dalam Riyadlu al-Shalihin hadis no. 700).

Menurut Imam al-Qurtubi, hubungan persaudaraan sesama muslim itu terbentuk dengan tiga faktor utama. Yaitu, dilandasi oleh rasa bersama seperti saudara senasab dalam kasih saying, kedua, tolong menolong dan saling membantu dan ketiga saling memberi nasehat agama (Khasyiyah al-Muwaththa dalam Kitab Khusnul Khuluq).

Faktor pertama dan kedua merupakan pilar yang didasari oleh rasa kemanusiaan. Sebagai satu darah dan satu jiwa. Dua aspek kemanusiaan ini kemudian disempurnakan dengan pilar ketiga, yaitu nasihat untuk menjaga agamanya.

Sebagai bentuk solidaritas yang memiliki jiwa yang disatukan oleh iman. Ketiga-tiganya saling menguatkan dan berkesinambungan. Jika pilar ketiga itu hilang, maka hubungan persaudaraan itu menjadi kecintaan yang semu.

Tiga pilar standar dalam persaudaraan itulah yang menjadi salah satu elemen pertanda kesempurnaan iman. Seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman (yang sempurna) sehingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia mencintai untuk dirinya sendiri dari kebaikan” (HR. Bukhari).

Oleh sebab itu, termasuk bagian dari pilar ketiga adalah membenci perbuatan saudaranya untuk berbuat kemaksiatan. Yang dibenci bukan persoanalnya akan tetapi perbuatan buruk itu. Maka, kita mesti berusaha mengeluarkan perbuatan itu dari kemaksiatan. Hal ini semua menunjukkan, cinta dan benci itu mestilah karena Allahbukan atas ego pribadi.

Seperti ungkapan Rasulullah SAW: "Ikatan iman yang paling kuat adalah: loyalitas karena Allah SWT dan saling memusuhi karena Allah SWT, cinta karena Allah SWT dan benci juga karena-Nya." (HR. Bukhari). Maka, cintailah saudara dengan nasihat agama dan menolongnya dari kesesatan. Wallahu a’lam bisshowab.*/Kholili Hasib

Ikhlas dalam Bersedekah

Sedekah merupakan salah satu teori yang diberikan oleh Allah SWT untuk melipatgandakan harta yang dimiliki. Entah itu dilipatgandakan di dunia ataupun di akhirat kelak. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang ia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (al-Baqarah [2]: 261).

Sangat menggiurkan sekali iming-iming yang ditawarkan oleh Allah dalam ayat tersebut. Di mana satu berbanding dengan tujuh. Hal inilah yang belum bisa disadari oleh umat Islam. Sebuah teori ekonomi untuk menginvestasikan harta yang dimiliki dengan hasil yang berlipat-lipat.

Ayat di atas pun dijadikan pijakan oleh beberapa ekonom Muslim dalam mengalokasikan hartanya. Di mana dalam konsumsi sehari-hari (konsumsi total) seorang Muslim merupakan penjumlahan dari konsumsi untuk ibadah dengan konsumsi untuk duniawi atau dapat diformulasikan sebagai berikut: Ct = Ci+Cw.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari setiap harta yang dimiliki oleh seorang Muslim terdapat hak orang lain (mustahik) sebagai sebuah solidaritas untuk menolong perekonomian orang-orang yang berkesusahan agar orang-orang yang berkesusahan bisa khusyuk beribadah kepada Allah SWT, tanpa harus menggadaikan akidahnya pada pihak misionaris. "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS as-Saba': 39).

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: "Shalat mengantarkanmu setengah jalan, puasa mengantarkanmu ke depan pintu Al-Malik (Sang Maha Raja), dan sedekah memasukkanmu ke hadapan-Nya."Ibnu Mas'ud menuturkan: "Syahdan, ada seorang laki-laki yang beribadah kepada Allah selama tujuh puluh tahun, kemudian ia melakukan perbuatan zina, maka Allah pun menghapus seluruh amalnya. Setelah itu, ia berpapasan dengan seorang fakir miskin, lalu memberi sedekah kepadanya roti, maka Allah pun mengampuni dosanya dan memuliakan kembali pahala ibadah tujuh tahunnya.

Ubaid bin Umar pun mengatakan: "Pada hari kiamat kelak manusia dikumpulkan dalam kondisi lapar yang belum pernah mereka alami sebelumnya, haus yang belum pernah mereka alami sebelumnya, maka barang siapa memberi makan (orang) demi Allah, Allah akan mengenyangkannya, barang siapa memberi minum (orang) demi Allah, Allah akan meminuminya, dan barang siapa memberi sandang (orang) demi Allah, Allah akan membusanainya."

Demikianlah keutamaan sedekah. Tidak sepatutnya kita bersifat kikir dan bakhil kepada sesama manusia, apalagi untuk membantu saudara kita yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi. Dengan bersedekah, kita berbagi kebahagiaan dengan sesama dan niscaya Allah juga akan memuliakan orang yang senantiasa ikhlas dalam bersedekah.

sumber: republika.co.id

kesendirian ku,


Di hamparan lngit ku lihat bintang2 tersenyum sumringah bersama sinar sang rembulan
Mereka bercakap selayaknya sepasang kekasih yg sedang memadu kasih n sayang
Gelak tawa dan senyum bhgia tergambarkan di antara ke2nya
Dan Aku hanya bissa tersenyum melihatnya
Dan didalam sanubari ku yg pling dlm berbisik
Kapan aku bisa seperti mereka ? ? ?
Bisa berbagi gelak tawa dan suka duka bersama
Hatiku menggumam sembari berkhayal jauhh dan mlkukan tnya jawab mngpa smpai detik ini aku blum bisa mlpskan ksndirianku yg slm ini menjarahi hidup ku
Dan smpai kapn aku bisa menemukan cinta sejati yg slm ini tlah q dambakan
Ataukah akn berthan slmnya seperti saat ini. . menikmati kesendirianku?
Ntahlahh aku pun tag tw pazti kpan berakhir semua ini. .
Semua ini adalah skenario dari yang Maha kuasa yg mana aku hanya bertugas memainkan perananku layak nya d sbuah sinetron
Jika TUHAN mnghndaki aku belum mndptkn pendamping hidup, aku hnya bisa berdoa dan terus berdoa
Mungkin dibalik semua ini ada sebuah misteri Illahi Yg semua orang tag kahn pernah bisa menebak alur permainan selanjutnya dan hanya TUHAN lah yg tw smw nya.
Jika mmg seandainya aku tag smpat mmliki kksih hati didunia ini mungkin dialam akhirat sana ku akn bertemu dgn sang bidadari hati. .
Oh TUHAN algkh agung nya diri-MU. .
Tag bosannya bibir ku bergumam melantunkan asma-MU n sllu mngcap syukur ats apa yg tlah KAU berikan kpd ku slm ini.
Janji setia ku pada-MU adlh tag khan ada yg bisa menandingi cinta sejatiku yg hakiki kepada-MU ya ALLAH
Slruh jasad ku ku serahkan semua nya kepada-MU
dan jka pada saatnya kelak kahn tiba,KAU khan mmbrku kbhgian slyknya”bulan” dan”bintang” jnji suci yg tlah tertanam jauhh sblum itupun tag kahn prnh pudar n tag kahn pernah ku ingkari
Krn q kahn mencintai dirinya karena ENGKAU ya ALLAH
AMINNN. . . . . . .

Sisi Romantis Rasulullah SAW

Syariat Islam diturunkan melalui tangan Muhammad SAW. Bukanlah malaikat, melainkan beliau seorang manusia biasa seperti kita. “Katakanlah, Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. ( QS Al Kahfi [18] : 110).

Dengan tuntunan wahyu tersebut Rasulullah SAW dinobatkan oleh Allah SWT sebagai suri tauladan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al Ahzab [33] : 21).

Oleh karenanya dalam segala aspek kehidupan Rasullah saw menjadi contoh baik bagi kita. Termasuk dalam masalah rumah tangga.

Layaknya manusia biasa Rasulullah SAW mempunyai sisi romantis. Beliau sangat pandai dan baik dalam memperlakukan istri-istrinya.

Di antara sisi romantis Rasulullah saw, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari 'Aisyah Radhiallaahu 'anha, “Bahwa Nabi SAW mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad).

Hal ini menunjukan bagaimana Rasulullah SAW mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Hadis ini juga memperlihatkan tentang kelembutan Rasulullah SAW dalam memperlakukan istri-istrinya.

Rasulullah SAW pun senang memanjakan istrinya. Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah saw dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).

Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.

Dalam memperlakukan istri-istrinya Rasulullah SAW bukan saja dengan kelembutan. Tak segan-segan Rasulullah saw mengerjakan perkerjaan mereka. Di antaranya mencuci pakaian.

'Aisyah umul mukminin mengisahkan, “Rasulullah SAWpernah mencuci pakaian bekas kami, lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih melihat bekas cucian itu." (HR Bukhari Muslim).

Bayangkahlah! Muhammad adalah seorang nabi dan rasul. Manusia yang derajatnya ditinggikan Allah SWT. Beliau juga seorang pemimpin umat. Namun tak segan mengerjakan perkerjaan rumah yang biasa dikerjakan oleh perempuan; mencuci baju.

Bukan hanya itu, saat itu masyarakat menganggap perempuan kelas kedua. Bahkan memiliki anak perempuan dianggap sebagai suatu aib. Dan perempuan dianggap najis ketika haid, seperti yang diyakini orang Yahudi. Sehingga tidak berkenan makan bersama dengan wanita haid.

Rasulullah SAW mengajarkan untuk memperlakukan dengan istimewa. Hal itu ditunjukan ketika nabi Muhammad SAW tidak sungkan mandi dari sisa air istrinya. Dari Ibnu Abbas, “Bahwa nabi saw pernah mandi dari air sisa Maimunah." (HR Muslim).

Semua hal yang dilakukan oleh Rasulullah menunjukan bahwa Rasulullah sangat memahami psikis dan perasaan wanita. Rasulullah SAW pun menghargai persamaan. Wallahu ‘alam bi showwab.

*) Penulis adalah mahasiswa Indonesia yang kini tengah menimba ilmu di Kairo, Mesir.

sumber: republika.co.id

Anger Management ala Rasulullah SAW

Siapakah orang yang paling kuat itu? siapakah para pemenang itu? Nabi Muhammad SAW mempunyai versi sendiri tentang hal ini. Dalam sebuah hadis diriwayatkan ”Orang yang yang paling kuat bukanlah orang yang dapat mengalahkan orang lain dengan kekuatannya, tetapi orang yang mampu mengendalikan amarahnya.” (HR Bukhari)


Apabila seseorang mampu mengendalikan kemarahan, maka bisa dipastikan orang tersebut sangat istimewa. Pernahkah kita mendengar kisah Nabi Muhammad yang murka akibat dilecehkan? Bahkan ketika dengan rutin beliau dilempari kotoran oleh seorang Yahudi, dan kemudian si Yahudi lama menghilang karena sakit, Nabiullah pergi menjenguknya tanpa amarah sedikitpun di dalam dada.


Pun ketika beliau sedang shalat dan diserang oleh seseorang yang membencinya, beliau memilih untuk meneruskan shalat dan bukan menyerang balik. Kontrol emosi manalagi yang lebih sempurna dari itu semua?

Seorang laki-laki pernah menghadap Nabi Muhammad dan meminta nasihat. Ia berkata, ”Nasihati aku.” Nabi SAW bersabda, ”Jangan mudah marah.” Orang itu berkata lagi beberapa kali dan Nabi bersabda, ”Jangan mudah marah.”

Mengapa Nabi Muhammad Saw meyarankan hal ini? Tentu bukan tanpa alasan. Dari sisi medis ternyata orang yang mudah marah gampang terkena penyakit. Di dalam darah orang marah terkandung banyak hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya adalah denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah meninggi, keadaan ini yang mengakibatkan penyakit mudah datang.

Subhanallah. ”Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’:107)

Namun amarah adalah sangat manusiawi. Apabila amarah telah datang menghampiri, maka Islam menawarkan cara-cara menghadapinya:


Membaca Ta'awwudz.
Rasulullah bersabda "Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu "A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim" "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk" (H.R. Bukhari Muslim).

Berwudlu
Rasulullah bersabda "Kemarahan itu itu dari setan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah" (H.R. Abud Dawud).

Duduk
Dalam sebuah hadis dikatakan"Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah" (HR Abu Dawud).

Diam
Dalam sebuah hadis dikatakan, "Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah" (HR Ahmad).

Bersujud
Artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadis dikatakan "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)." (HR Tirmidzi)

Dengan meneladani Rasulullah SAW, semoga kita diberi kekuatan untuk bisa mengelola energi negatif ini. Wallahualam

*) Penulis adalah sahabat Republika Online, Tinggal di Balikpapan

_____________________________________________________

Anda ingin BERSEDEKAH pengetahuan dan kebaikan? Mari berbagi hikmah dengan pembaca Republika Online. Kirim naskah Anda melalui hikmah@rol.republika.co.id. Semoga menjadi ladang amal bagi kita semua. Rubrik ini adalah dari dan untuk sidang pembaca sekalian.

sumber: republika.co.id

Selasa, 17 Mei 2011

Pencinta Sejati


Assalamualaikum wr.wb
Kesempatan kali ini kembali ane ingin mengangkat masalah tentang Cinta kelanjutan dari tulisan ku “Bagaimana seharusnya Cinta?”. Masalah yang tak habis-habisnya diperbincangkan sejak dulu. Kenapa ane mengangkat maslah ini ? karena desakan dalam hati untuk memberikan sebuah Informasi penting kepada para Pecinta Sejati. Pernah saya di tanya, Kak.. pernah jeki jatuh cinta toh? bagaimana rasanya? Pertanyaan yang sangat simpel menurut ku. (Jangan protes yang merasah yah…), Oke…Intinya Setiap Manusiah pasti pernah jatuh Cinta. So…kita bahas bersama-sama. Yang mau lanjutkan bacanya silahkan dan yang tidak juga SIlahkan.

Pertama:
Setiap orang pasti pernah jatuh cinta, Sebuah ungkapan yang tak habis-habisnya kita dengar.Saya pernah ji juga, Tapi yang kita tanyakan dulu, Jatuh Cinta kepada SIapa?, Nah….sekarang ini yang menjadi maslah kita, Kepada Siapa kita harus jatuh CInta ?. Mohon maaf kepada teman-teman yang sudah punya pacar yah, tidak ada maksud untuk menyalahkan, tapi biarkan kata hati anda yg mengungkapkan. Apa tujuan anda mempunyai pacar ?,Apakah selama ini anda tertolong dengan dia?, Apakah anda yakin tidak pernah berbuat dosa kecil dengan dia?, Sudahkah ada rasa saling kepercayaan satu sama lain?, Apakah anda sangat mencintai pacar anda ? Seberapa besar Cinta anda kepada Pacar Anda?, Apkah memang perasaan Cinta ataukah Syahwat belaka yang menjadikan anda saling suka ? (Jangan di ucapkan Cukup hati anda yang menjawabnya). Coba kita renungi pertanyaan itu.
Hanya orang-orang yang kuat dan mempunyai kapasitas yang besar yang mampu mencintai. Pernahkah anda melihat orang yang bunuh diri, terjun dalri gedung tinggi, gantung diri, ataupun dengan racun, mengapa itu bisa terjadi…. Karena mereka adalah orang yang lemah, tak mampu mencintai dirinya sendiri. Orang-orang yang kuat mencintai dengan segenap kesadarannya. Untuk menjadi seorang pecinta sejati, kita harus mengembangkan kapasitas dan kepribadian kita. Cinta adalah pelajaran bagaimana mengubah kepribadian kita menjadi lebih baik secara kesinambungan. Jadikan diri anda kuat terlebih dahulu, cintai diri anda dulu sebelum mencintai orang lain. “Aku mencintai dirimu lebih dari yang lain”, “Hanya kau yang ku cinta tak ada yang lain”,”Cintaku hanya untuk mu”, “Hanya kau belahan JIwaku”, Naudzubillah. Apakah anda mengerti ungkapan cinta ini……..?, Ungkapan cinta yang mencintai seseorang melebihi cintanya kepada Allah. (Pesan Kepada para Akhwat,wanita,perempuan,bgtu jga dgn para Ikhwan, laki2,pria, untuk hati-hati mengungkapkan kata cinta seperti ini). Suatu ketika Umar bin Khattab berkata kepada Rasulullah “Aku mencintaimu wahai Rasulullah, melebihi cintaku kepada yang lain, kecuali diriku sendiri” Umar mengungkapkan kata cintanya dengan caranya sendiri “Tidak! wahai umar!sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri” Jawab Rasulullah SAW. Inilah pesan Rasulullah, untuk tidak mencintai sesuatu yang lain melebihi Cinta kita kepada diri sendiri. Cintailah diri sendiri dengan mencintai Iman kita, yaitu mencintai Allah dan Rasulnya. Jadi kita harus mencintai Allah, Cinta kepada Allah harus turun kepada Cinta kita kepada orang dan pekerjaan, Cinta kepada Orang yaitu mencintai Nabi dan Semua orang beriman dan mencintai Pekerjaan yaitu mencintai amal sholeh.Saya tahu dan sadar betapa dahsyatnya goncangan jiwa seseorang ketika jatuh cinta. Tak ada tidur,tak ada lelah, tak ada takut,dan tak ada aral. Jadi, Kembali ke pertanyaan2 di atas tadi,kuncinya adalah ” Tidak ada yang lebih baik dari mereka yang sedang jatuh cinta selain pernikahan” Blum mampu nikah Maka berpuasalah.
Kedua:
Teman-teman, Cinta adalah sebuah Gagasan, Pada tulisan yg lalu kusebutkan bahwa Cinta Ibarat Air. Yah…Cinta bagaikan Air. Air adalah sumber kehidupan, begitu juga dengan Cinta Semua makhluk hidup tercipta dari Air, Sadarkah kita bahwa bumi ini di dominasi dengan Air. Air mempunyai Mata yaitu mata air, yang bergerak dari hulu ke hilir, mengalir tak henti-hentinya, Setiap sungai mengalir dan bergerak sesuai jalur-jalurnya, dan pada akhirnya bertemu pada satu tempat satu titik yaitu muara besar. Hampir tak terbatas, sejauh mata memandang. Di antara perjalanan dari mata air ke muara besar, ada aliran, ada gerak, ada riakan, ada gelombang, ada gemuruh, ada debur, ada percikan, ada dinamikanya. Ini terjadi terus menerus. Bila air tertahan akan membludak. Dan selalu selalu membersihkan kotoran yang ia lalui. Begitulah Cinta , merupakan gagasan murni murni tentag kehidupan yang lapang. Coba kita artikan satu persatu yah, Mata Aiarnya adalah Niat baik dari hati yang murni, Muara adalah kehidupan yang lebih baik, Alirannya adalah gerakan amal dan kerja memberi yang tak henti-henti. Jadi untuk mencapai Muara Cinta yaitu kehidupan yang lebih baik, kta harus mulai dari Mata Air, sebuah niat baik dari hati yang murni. Cinta dimulai dari hati yang baik niat yang murni bukan dari seusuatu yang kotor. Bagaimana kalau Cinta diawali dengan niat yang kotor, maka perjalanan Cinta akan terselimuti dengan Syahwat belaka, keegoisan, ketidak percayaan, dll.
Ketiga:
Ungkapan-ungkapan Cinta…………….Yah…rangkaian kata-kata cinta yang Indah disusun rapi, dan saat dilontarkan menyentuh hati. Hal ini yang sangat sering kita temukan dimana-mana. Apalagi di FB, Status yg berganti-ganti, menguntai kata-kata indah bukti kecintaanya dengan kekasih. Ckckckc…Betul-betul anak muda. Ungkapan Cinta yg terlalu seadanya memang tidak memberikan rasa apa-apa, setuju…?, Ia perlu hentakan, gregat, perlu dramatisasi. Tapi Dramatisasi sering kali disertai kebohongan Qur’an tidak mengingkari hal itu. Cinta yang diungkapkan secara berlebihan sering mengandung kebohongan, bisa karena tidak berakar dari hati ataukah memang tidak mengandung kebenaran. Mungin juga berakar dari hati tapi memang tidak mengandung kebenaran, Ataukah mengandung kebenaran tapi tidak berasal dari hati. Pusing yah………, Yang benar tapi tidak ada di hati Itu Kebohongan. Perhatkan Ungkapan Berikut : ” Semua yang ada padamu oh…membuat diriku tiada berdaya, hanyalah untukmu, hanyalah bagimu, seluruh hidup dan cintaku” anda kenal dengan Syair tersebut, Syair dari lagunya Almrh. Gito Rolis, Penyanyi Rock yg ngetop di tahun 70-80an. Yg belakangan diubah sedikit liriknya dan menjadi lagu religi sebelum beliau wafat. Ungkapan ini memang berakar dari hati. Tapi mengandung makna PENGABDIAN dan PENYERAHAN DIRI yang total kepada sang kekasih. Dan itu tidak boleh terjadi dalam Cinta Jiwa atau Cinta sesama manusia. Itu hanya Untuk Allah SWT. Disinilah letak tantangan bagi para pecinta; bagaimana menemukan ungkapan yang tepat bagi bara cinta yang meletup-letup dalam Jiwa ?. Akhirnya memang, kejujuran dan kebenaran adalah kata kunci dibalik semua dramatisasi Cinta yang manis. Hanya itu. Jika tidak pasti ada kesalahan dalam bahasa cinta kita. Memang tidak mudah, tapi begitulah Cinta, selalu mempunyai saratnya sendiri. Jaid, harap selalu berhati-hati dengan Ungkapan-ungkapan Cinta dan yang tak kalah penting, berhati-hatilah dari rayuan buaian kata-kata cinta kepada seseorang yg belum ada ikatan sama sekali.
Pesan:
Pertama: Bedakanlah Cinta dengan Nafsu…… Tanyakan dalam hati yg paling dalam, anda akan mengetahuinya dan membedakannya. Mulailah mencintai diri anda, mencintai Iman anda. Jagan melebihi Cinta anda keseseorang melebihi cinta anda kepada Allah. Bila memang rasa cinta itu telah membera dan yakin seyakin-yakinnya, tidak ada yg lebih baik dari mereka yg sedang jatuh cinta kecuali pernikahan, ingat , “Tidak ada yang lebih baik”. Jadi menikah mi saja, klw belum siap berpuasalah (Pesan Rasulullah).
Kedua : Cinta Itu seperti Air ada dinamikannya. Raihlah Muara Cinta dalam mahligai pernikahan, tak ada batas disana. Tapi harus Diawali dengan Niat yang baik dari hati yang murni ada Kejujuran,kepercayaan, dan ketakwaan. Mengiginkan kejujuran dan kepercayaan yang kuat dapat diraih setelah adanya Ikatan Cinta yang Sah.
Ketiga: Berhati-hatilah dalam mengungkapkan kata-kata cinta, Dramatisasi dalam susunan kata-kata cinta seringkali disertai kebohongan. Walaupun Mengandung kebenaran tapi tdak dari hati begitu sebaliknya. Janganlah terlena dengan ungkapan para pujangga cinta, merangkai kata sedemikian rupa yang memberikan kebohongan didalamnya.
Mengubah atau memperbaiki diri itu sangat susah, tapi alangkah mulianya jika kita memulainya sedikit demi sedikit.” At the first you make habbits and the last habbits make you (Munjie).”
Somoga kembali memberikan penyadaran dalam diri, Intropeksi diri terkhusus buat saya, tak ada kesempurnaan dalam diri saya. Ku hanya mengangkat Isu positif berdasarkan Referensi buku,alquran dan sunnah. Dan menjawab sedikit pertanyaan dari beberapa teman tentang Cinta Sejati.
Saya tidak ingin kita merasa bersalah dengan kisah cinta kita masing-masing, Tersenyumlah…….Hadapi hidup ini dengan penuh Cinta kepada siapapun, bergaullah, perbanyak teman, carilah sesuatu yang baik dari mereka dan berikanlah yang baik buat mereka dan Cintailah Iman kita (cinta kepada Allah), dengan begitu kita akan menemukan sebetul-betulnya Cinta.
Wallahu a’lam bishawwab.
Smoga kita senantisa terlindung dalam Cinta kasihNya.

BAGAIMANA SIH PACARAN ITU ? PIKIR DULU DEH !

Pacaran? Pikir deh!
Pacaran, sepertinya telah dinobatkan oleh remaja saat ini sebagai satu-satunya ekspresi cinta kepada lawan jenis. Otomatis ikatan baku syahwat ini sedikit banyak mempengaruhi jalinan persahabatan cewek-cowok. Makin sulit ditemukan hubungan dekat remaja-remaji yang murni pertemanan. Selaluuu aja ada benih-benih cinta di hati yang tersemai tanpa mereka sadari. Nggak heran kalo banyak remaja yang terprovokasi oleh komplotan Project Pop dan Chrisye dalam hits terbaru mereka, ?burkat’ Buruan deh katakan ?. Makanya Yovie dan Nuno juga nggak tahan untuk bilang, ? inginku?tidak hanya jadi temanmu?ataupun sekadar sahabat ‘. Pengenya jadi apa dong?
Pacar. Yup, status pacar yang banyak diburu kaum jomblo sebagai simbol kemenangan dan kebanggaan. Begitu pentingnya status ini hingga dijadikan ?mata pelajaran’ rutin oleh media massa bagi para pemirsanya. Walhasil, para pelajar berseragam putih biru donker pun menjadikan tempat belajarnya sebagai Sekolah Mencari Pacar (SMP). Parah tenan iki!
Sobat, banyak remaja yang ngerasa kalo jadi pacar atau punya pacar bikin hidup terasa lebih indah. Katanya sih, mereka udah nemuin soulmate alias belahan jiwanya. Seseorang yang memanjakan perasaan cintanya; yang menjaga dan melindunginya; yang begitu perhatian dan peduli padanya; yang menyediakan a shoulder to cry on ; yang mengulurkan tangannya saat salah satunya down ; hingga rela berkorban untuk memenuhi permintaan sang buah hati. Pokoknya romantis abis!
Selanjutnya, hari-hari mereka lalui dengan kebersamaan. Acara jalan bareng sambil gandengan tangan atau mojok berdua untuk saling bertukar cerita jadi menu wajib. Di kampus, sekolah, mal, halte, bioskop, atau di bawah guyuran hujan nggak masalah. Kalo nggak bisa jalan bareng, minimal mengobral kata-kata cinta via SMS. Inilah penyakit orang kasmaran. Enggan berpisah walau sesaat. Bawaannya kangen mulu. Padahal doinya cuma permisi ke toilet. Waduh!
Tapi sobat, apa bener pacaran itu selamanya indah?
Banyak rugi di balik pacaran
Kalo diperhatiin sekilas, bisa jadi orang mengganggap pacaran itu nggak ada ruginya. Padahal, banyak juga lho ruginya. Makanya jangan cuma sekilas merhatiinnya. Nggak percaya? Simak deh poin-poin berikut:
1. Rugi waktu
Sobat, coba kamu iseng-iseng nanya ke temen yang pacaran, berapa banyak waktu yang dia berikan untuk pacarnya? A. satu jam B. dua jam C. satu hari D. satu minggu (kayak soal ujian aja pake multiple choice ). Jawabannya: nggak ada yang cocok! Sebab ketika ikatan cinta di antara mereka diucapkan, masing-masing kudu terima konsekuensi untuk ngasih perhatian lebih buat sang pacar. Itu berarti, harus stand by alias siap setiap saat jika diperlukan doi (sopir taksi kaleee!). Ini yang bikin repot.
Gimana nggak, waktu yang kita punya nggak cuma buat ngurusin sang pacar. Emang sih teorinya nggak seekstrim itu. Biasanya mereka mencoba saling mengerti kalo kekasihnya juga punya kepentingan lain. Tapi kalo masing-masing minta dimengerti, bisa-bisa muncul sikap egois. Merasa dirinya paling penting dan paling berhak untuk diperhatikan. Ending -nya, teori dan praktek sangat jauh panggang dari api. Tetep aja mereka terpaksa ngorbanin waktu untuk sekolah, kantor, keluarga, atau teman sebaya biar doi nggak ngambek. Kalo sudah begini, demi mempertahankan pacaran, urusan lain bisa berantakan. Betul?
2. Rugi pikiran
Sehebat-hebatnya manusia mengelola alokasi pikiran dan perhatian untuk ngurusin hidupnya, belum tentu dia mampu mengendalikan rasa cintanya. Asli. Ketika kita jatuh cinta, nggak gampang kita mikirin urusan laen. Semua pikiran kita selalu mengerucut pada satu objek: Pacar. Mau ngapain aja selalu teringat padanya. Seperti kata Evi Tamala, ? mau makan teringat padamu?. mau tidur teringat padamu? lihat cheetah teringat padamu?. ‘ Ups! Sorry , jangan ngerasa di puji ya. Gubrak!
Nggak heran kalo sitaan pikiran yang begitu besar dalam berpacaran bisa bikin prestasi belajar menurun. Itu juga bagi yang berprestasi. Bagi yang nilainya pas-pasan, bisa-bisa kebakaran tuh nilai rapot. Mereka sulit berkonsentrasi. Meski jasadnya ada dalam kelas belum tentu pikirannya nangkep penjelasan dari guru. Yang ada, pikirannya tengah melanglang buana ke negeri khayalan bersama sang permaisuri pujaan hati. Dan nggak akan sadar sebelum spidol atau penghapus whiteboard mendarat dengan sukses di jidatnya.
3. Terbiasa nggak jujur
Lucu. Kalo kita ngeliat perilaku standar remaja yang lagi kasmaran. Di rumah dia uring-uringan karena sakit perut (tapi bukan diare lho), tapi akibat makan cabe tapi lupa makan goreng bakwannya karena saking asyiknya nonton Dora the Explorer . Sang ibu pun terpaksa telpon ke sekolah untuk minta izin. Menjelang siang, tiba-tiba pacar telpon. Nanyain kabar karena khawatir. Terus dia bilang, ?sayang ya kamu nggak sekolah. Padahal nanti siang aku minta di antar ke toko buku terus hadirin undangan temenku yang ulang tahun di KFC?’
Tak lama berselang, keajaiban terjadi. Tiba-tiba sakitnya sembuh dan siap nganterin doi. Padahal sebelum ditelpon pacarnya, sang ibu minta tolong dibeliin minyak tanah di warung sebelah rumah, jawabnya: ? nggak kuat jalan Bu. Kan lagi sakit ‘.
Ini baru contoh kecil. Seringkali orang yang pacaran secara otomatis berbohong, agar terlihat baik bin perfect di mata pacar.
4. Tekor materi
Sobat, dalam berpacaran, keberadaan materi sangat menentukan mati hidupnya itu hubungan. Meski ngakunya nggak begitu mentingin materi, tetep aja kalo nraktir bakso di kantin sekolah atau nonton hemat di twenty one kudu pake duit.
Yang bikin runyam, kebanyakan dari remaja yang berpacaran perekonomiannya sangat tergantung dengan jatah yang dikasih ortu. Pas lagi ada duit, jatah uang saku sebulan ludes dalam hitungan jam di malam minggu pertama setiap bulan. Kalo lagi nggak punya duit sementara pacar ngajak jalan, bisa nekat mereka. Nilep uang SPP atau terlibat aksi kriminal. Repot kan?
Nah sobat, ternyata pacaran tak selamanya indah. Ada juga ruginya. Banyak malah. Rasanya nggak sebanding dong kalo kita harus kehilangan waktu luang, prestasi belajar, teman sebaya atau kedekatan dengan keluarga, karena waktu, pikiran, tenaga, dan materi yang kita punya, banyak dialokasikan untuk sang pacar. Belum lagi dosa yang kita tabung selama berpacaran. Padahal pacar sendiri belum tentu bisa mengembalikan semua yang kita korbankan ketika kita kena PHK alias Putus Hubungan Kekasih. Apalagi ngasih jaminan kita selamat di akhirat. Nggak ada banget tuh. Rugi kan? Pasti, gitu lho!
Pacaran, dilarang masuk!
Sobat muda muslim, meski dalam al-Quran tidak terdapat dalil yang jelas-jelas melarang pacaran, bukan berarti aktivitas baku syahwat itu diperbolehkan. Pacaran di- black list dari perilaku seorang muslim karena aktivitasnya, bukan istilahnya.
Orang pacaran pasti berdua-duaan. Padahal mereka bukan mahram atau suami-istri. Yang kayak gini yang dilarang Rasul dalam sabdanya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka tidak boleh baginya berkhalwat (bedua-duaan) dengan seorang wanita, sedangkan wanita itu tidak bersama mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiga di antara mereka adalah setan” (HR Ahmad)
Kehadiran pihak ketiga alias setan sering dicuekin oleh orang yang lagi pacaran. Padahal bisikannya bisa bikin mereka gelap mata bin lupa diri. Cinta suci yang diikrarkan lambat laun ber- metamorfosis menjadi cinta birahi. Ujung-ujungnya mereka akan dengan mudah terhanyut dalam aktivitas KNPI alias Kissing , Necking , Petting , sampe Intercousing . Dari sekadar ciuman hingga hubungan badan. Naudzubillah min dzalik ! Makanya Allah Swt. telah mengingatkan dalam firmanNya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS al-Isr? [17]: 32)
Kalo masih ngeyel dengan peringatan Allah Swt. di atas, dijamin kesengsaraan bakal menimpa kita. Banyak kok fakta yang berbicara kalo gaya pacaran sekarang lebih didominasi oleh penyaluran hasrat seksual. Akibatnya, secara tidak langsung pacaran turut membidani lahirnya masalah aborsi, prostitusi, hingga penyebaran penyakit menular seksual. Karena itu, pacaran dilarang masuk dalam keseharian seorang muslim. Akur? Kudu!
Agar cinta nggak bikin sengsara
Sobat muda muslim, perlu dicatet kalo Islam melarang pacaran bukan berarti memasung rasa cinta kepada lawan jenis. Justeru Islam memuliakan rasa cinta itu jika penyalurannya tepat pada sasaran. Sebab Allah menciptakan rasa itu pada diri manusia dalam rangka melestarikan jenisnya dengan kejelasan nasab alias garis keturunan. Karena itu hanya satu penyaluran yang diridhoi Allah, dicontohkan Rasulullah, dan pastinya tepat pada sasaran. Yaitu melalui pernikahan. Rasulullah saw bersabda: “Wahai sekalian pemuda, barang siapa yang sudah mempunyai bekal untuk menikah, menikahlah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat memejamkan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang belum mempunyai bekal untuk menikah, berpuasalah, karena puasa itu sebagai benteng baginya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Untuk mengendalikan rasa cinta pada diri manusia, Islam juga punya aturan maen yang meminimalisasi fakto-faktor pembangkit rasa itu. Secara umum, interaksi antara pria dan wanita dalam Islam hanya diperbolehkan dalam aktivitas yang mengharuskan kerjasama di antara mereka. Seperti ketika jual beli di pasar, berobat ke dokter, belajar di sekolah atau kampus, bekerja di kantor, dsb. Dengan catatan, ketika aktivitas di atas selesai, maka masing-masing kudu kembali kepada habitatnya. Nggak pake acara curi-curi kesempatan berduaan sehabis sekolah bubar, mau pergi ke pasar, atau pas berangkat kerja.
Kalo pas lagi ada keperluan mendesak dengan lawan jenis, kita bisa ajak teman biar nggak berduaan. Selain itu, kita juga diwajibkan menjaga pandangan biar nggak jelalatan ketika bertemu dengan lawan jenis. Sebab jika pandangan kita terkunci, sulit mengalihkannya. Seperti kata A. Rafiq, ? lirikan matamu?. menarik hati? ‘ (dangdut terus neh! Tadi Evi Tamala. Hihihi..)
Nggak ketinggalan, Islam juga mewajibkan muslimahnya untuk menutup aurat secara sempurna dan menjaga suaranya agar tidak mendesah bin mendayu-dayu ketika berkomunikasi dengan lawan jenisnya. Sebab bisa memancing lawan jenis untuk berinteraksi lebih jauh.Wah, di sinilah perlu jaga-jaga ya.
Sobat muda muslim, selain dosa, ternyata pacaran juga banyak ruginya. Makanya kalo virus merah jambu mulai meradang di hatimu, cuma ada satu solusi jitu: merit binti menikah. Nggak papa kok masih muda juga. Tapi kalo ngerasa belum mampu, kamu bisa rajin-rajin berpuasa untuk meredam gejolak nafsu. Dan tentunya sambil terus belajar, mengasah kemampuan, dan mengenali Islam lebih dalam, jangan lupa perbanyak kegiatan positif: ngaji dan olahraga, misalnya. Moga kita sukses di dunia dan di akhirat ya. Mau kan? Mau doooong! Siip.. dah!

Kegombalan dikalangan aktivis dakwah

Hal yang sangat menarik salah satunya adalah menyimak romantika di dunia aktivis dakwah. Di antara sebegitu banyak yang memiliki komitmen perjuangan, ada juga beberapa yang suatu saat kadang tergelincir pada jebakan interaksi ikhwan-akhwat. Karena memiliki amanah yang sama, sesama pengurus harian lembaga, atau berada dalam satu bidang, bisa juga dalam satu kepanitiaan, membuat interaksi kerja menjadi lebih intens.
Intensitas hubungan kerja itu suatu saat dapat menumbuhkan benih-benih simpati atau bahkan cinta di antara ikhwan dan akhwat. Hal ini bisa jadi fenomena yang wajar, karena cinta kepada lawan jenis itu fitrah manusia, katanya. Tapi meski fitrah, tetap aja ada resikonya, terutama pada keikhlasan beramal, sehingga bila ada bibit riya’ dan ujub bisa menghanguskan pahala yang seharusnya didapat. Namun jika ternyata tidak dapat mencegah adanya perasaan seperti itu, ya harus berusaha menjaga keikhlasan, dan tetap simpati (simpan dalam hati). Apabila perasaan itu telah mewujud pada realisasi amal, baik lisan maupun perbuatan, maka tak ayal akan terjadi juga gombalisasi di sini.

Sering seseorang ingin mengekspresikan atau menyampaikan perasaannya yang sedang membuncah karena cinta. Bagi aktivis dakwah, hal seperti ini mustinya disimpan rapat-rapat dalam lubuk hatinya, jangan sampai si “dia” memergoki adanya perasaan itu. Gengsi dong!! Namun suatu saat pertahanan itu bisa jebol manakala perasaan itu makin menjadi-jadi sedang keimanan dalam kondisi menurun. Maka lahirlah sebentuk perhatian pada si “dia”, baik berupa nasehat, tausiyah, pujian, menanyakan sesuatu (baik tanya beneran atau pun pura-pura bertanya hayoo…) atau sekadar menanyakan kabar. Entah itu lewat SMS, telpon, saat chatting, via e-mail … bisa juga dalam rapat koordinasi. (Aku banget nih, Astagfirullah…)

Dari pengamatan, yang paling banyak terjadi adalah adanya gombalisme via SMS, kita sebut saja sebagai SMS gombal. Kita simak contoh SMS-SMS ini….
“Aslm. Apa kbr? Ukhti, ana sungguh kagum dgn semangat anti. Amanah anti di mana-mana namun semuanya bisa tetap tawazun. Anti benar-benar mujahidah tangguh. Tetep semangat ya Ukhti!”
“Salut sama Ukhti! Anti sungguh militan. Hujan deras seperti itu datang rapat dgn jalan kaki. Jaga kesehatan ya. Ana nggak rela klo Anti sampai jatuh sakit…”
Akhwat: “Aww. Apa kabar? Akhi, sedang ngapain nih? Sudah makan belum? Jangan sampai lupa makan ya..
Ikhwan: “Www. Alhamdulillaah, menjadi jauh lebih baik setelah Anti SMS ^_^. Ane sedang memikirkan seorang bidadari dunia yang begitu anggun mempesona. Hmm… ane belum makan, tapi dah gak terasa lapar klo ingat sama Anti…
(Halah… gombal semua tuh!!!)
Ada yang lebih parah nih … kayak gini:
Aww. Wah .. Anti makin terlihat anggun dengan jilbab biru tadi…
Assalaamu ‘alaikum. Apa kbr? Lama nggak kontak ya. Ane kangen ma suara Anti…
… Ane janji akan menikahi Anti setelah lulus nanti ….
Oh .. NOOOOOOOOOOOO!! Aneh-aneh aja isi SMS-nya. Mungkin lebih banyak lagi SMS-SMS aneh lainnya yang belum terdeteksi. Hmm.. bagaimana reaksi si penerima? Ya bervariasi, ada yang cuek saja, ada yang merasa risih, ada yang membalas biasa, ada yang bertanya-tanya bin penasaran, ada juga yang suka dan berbunga-bunga, ada yang kemudian menaruh harapan. Kita simak penggalan berikut…
Pada dini hari sekitar pukul dua pagi, suara berisik nada SMS membangunkan seorang akhwat dari perjalanan tidurnya. SMS dari siapa nih malam-malam gini, pikirnya. Serta merta dia buka SMS-nya, hah… dari seorang ikhwan, bunyinya:
Wahai Ukhty, segera terjagalah dari mimpi indahmu, bangunlah dari peraduanmu, basuhlah wajah dan anggota tubuhmu agar bersinar di hari kemudian, bersujud dan bersimpuhlah kepada Allah, agungkanlah Asma-Nya. Niscaya Allah akan meridhoi langkah kita dan mengabulkan cita dan harapan kita.
Sang akhwat tertegun, ngapain malam-malam begini si ikhwan itu ngirim SMS, kurang kerjaan aja. Dasar, sok perhatian! Namun tanpa sadar jari-jari lentik akhwat itu mengetik balasan:
Jazakallah khairan, Akh. Jangan kapok tuk sering ngingetin ane ya…
Nah lo!!
Coba dirasa-rasakan, apa SMS-SMS semacam itu tidak beresiko? Bagus sih sepertinya, membangunkan untuk sholat tahajud … tapi efek sampingnya bisa menimbulkan penyakit-penyakit hati. Bikin merajalelanya VMJ (Virus Merah Jambu). Waa.. kalau virus yang satu ini menyebar, bisa repot. Sulit nyari vaksin atau anti virusnya.
Makanya… ingat, penyebab awal perlu dicegah, yakni adanya gombalisasi. Kalau si gombal dah nyebar, maka sedikit banyak korban bisa berjatuhan. Baik ‘lecet-lecet’ ringan maupun ‘luka’ berat. Bahkan nanti gak hanya berdampak pada hati, tapi juga fisik. Lha bayangin aja … kalau jadi gak enak makan, gak nyaman tidur karena tiap mau makan .. ingat dia, mau tidur … ingat dia, mau ngapain aja ingat dia, apa gak lama-kalamaan bisa kurus tuh? Trus …siapa korbannya? Siapa lagi kalau bukan kaum wanita/akhawat. Mestinya paham dong gimana fitrah perasaan mereka. Mereka seneng dan suka bila diberi perhatian … bisa berbunga-bunga hatinya. Dan tipe cinta mereka (kebanyakan) adalah jatuh cinta sekali yang dibawa sampai mati, kayak Nurul dalam novel AAC itu loh… Trus mereka juga mudah berharap. Nah tuh … coba pikir kalau sampai mereka jatuh cinta, kemudian sampai berharap. Jika kemudian cinta dan harap itu tidak kesampaian, apa nggak sakiiiit banget nanti? Apa tega, mendholimi mereka seperti itu?
So, khususnya bagi para ikhwan, jaga diri, jaga hati, jaga gengsi. Jangan asal kirim SMS, lebih-lebih SMS gombal bin murahan. Juga .. jangan asal balas SMS, apalagi dengan SMS gombal. Ini nih contoh balasan yang ngegombal….
Akhwat : “Ane pengin rihlah, ke syurga …
Ikhwan : “Ukhty, ke mana pun Anti mau pergi, saya akan bersedia menemani, meski taruhannya jiwa ini …” (He..he..he.. peace Ukhti ^_^ )
Nah!! Dasar gombal! Jaga gengsi dong. Ini nih…. Barisan kata berikut mungkin bisa menggambarkan ikhwan yang nggak mau nggombal.
Karena Aku Mencintaimu
Wahai Ukhty…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu

Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah

Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.

Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….

Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu.
So, sekali lagi bagi para ikhwan, jangan jualan gombal, jangan obral janji. Gak usah deh sok perhatian, terlebih lagu bilang suka atau cinta. Bisa fatal tuh akibatnya! Mau jadi orang dholim?? Tegaskan semenjak sekarang, hal seperti itu tabu kalau belum nikah. Kalau dah nikah sih … puas-puasin aja bilang cinta seratus kali sehari ama istrinya. Sampai dhower deh, terserah! ^_^
Bagi para akhwat, hati-hati binti waspada Ukh … jangan mudah digombali. Jangan percaya dengan kata-kata suka, cinta atau janji-janji. Jangan mudah menambatkan hati, jangan mudah berharap. Stay cool, calm, confident. Perisai izzahmu harus tetap kokoh. Antunna tidak suka terombang-ambing kan? Antunna lebih suka pada kepastian kan? Makanya jangan sampai semua itu terjadi sebelum ada hal yang konkrit, sebelum ada kepastian. Hal konkrit itu adalah, si ikhwan mengkhitbah Antunna dengan datang ke orang tua Antunna. Itu … baru deh, oke. Waspadalah …waspadalah …
SO SEMUANYA …. WASPADAI ARUS GOMBALISASI!!!